Pengertian dan perbedaan ipv6 dan ipv4
Pengertian dan perbedaan ipv6 dan ipv4
- internet kini merupakan kebutuhan yang menurut saya sudah kebutuhan
pokok, mungkin seperti nasi, bayangkan sekarang ini bukan hanya dikota
besar saja yang sudah mempunyai internet bahkan didesa, ditengah laut
bahkan didaerah terpencil pun orang sudah dapat mengakses internet,
kalau dulu internet hanya
bisa diakses di PC, kini internet dapat di akses oleh media yang begitu banyak misalnya Handphone, Smartphon, Notebook, Laptp, PDA, Tablet dan lain-lain, oleh sebab itu pengguna nya setiap hari akan terus bertambah, dan kali ini di artikel saya akan membahas sedikit tentang Pengertian dan perbedaan ipv6 dan ipv4. IP adalah internet Protocol atau alamat suatu laptop atau komputer.
bisa diakses di PC, kini internet dapat di akses oleh media yang begitu banyak misalnya Handphone, Smartphon, Notebook, Laptp, PDA, Tablet dan lain-lain, oleh sebab itu pengguna nya setiap hari akan terus bertambah, dan kali ini di artikel saya akan membahas sedikit tentang Pengertian dan perbedaan ipv6 dan ipv4. IP adalah internet Protocol atau alamat suatu laptop atau komputer.
Pengertian dan perbedaan ipv6 dan ipv4
IPv4 adalah format protokol yang telah dipakai pada saaat awal internet ada. ipv4 ini berformat 32 biner, dengan perkembangan internet sekarang ini dengan banyak pengguna yang menggunakannya, kemungkinan penggunaan IPv4 tidak memadai lagi.Dengan hanya 32 bit format address hanya bisa menampung kebutuhan :Bayangkan dengan Nilai Maximum diatas menurut penilitian 20 tahun lagi pengguna internet akan lebih dari nilai maximum IPv4.
32
= 2 IPv4 Address
= 4,294,967,296 IPv4 Address
Langkah antisipasi awal sebenarnya sudah
dilakukan dengan teknologi NAT (Network Address Translation) yang
bekerja dengan cara melakukan penterjemahan satu alamat IPv4 public ke
banyak IPv4 private.Sehingga satu alamat IPv4 public bisa dipergunakan
untuk banyak perangkat yang akan terkoneksi ke internet.
Pada
tahun 1992 IETF selaku komunitas terbuka internet membuka diskusi para
pakar untuk mengatasi masalah ini dengan mencari format alamat IP
generasi berikutnya setelah IPv4 (IPng, IP Next Generation) yang
kemudian menghasilkan banyak RFC (request for comments) yakni dokumen
stardard yang membahas protocol, program, prosedur serta konsep internet
IPv6.
Setelah melalui pembahasan yang panjang, pada tahun 1995 ditetapkan melalui RFC2460 alamat IP versi 6 sebagai IP generasi berikutnya (IPng) pengganti IP versi 4.
Setelah melalui pembahasan yang panjang, pada tahun 1995 ditetapkan melalui RFC2460 alamat IP versi 6 sebagai IP generasi berikutnya (IPng) pengganti IP versi 4.
IPv6 ini menggunakan format 128 bit binary sehingga bisa menampung kebutuhan :
128
= 2 IPv6 Address
= 340,282,366,920,938,463,463,374,607,431,768,211,456 IPv6 Address
Pengembangan IPv6 sampai saat ini sudah dilakukan oleh banyak pihak yang ada di seluruh dunia termasuk Service Provider, Internet Exchange Point, ISP regional, Militer serta Universitas.
Pengertian dan Perbedaan dan Theory dan Lain Lain Mengenai IPv4 dan IPv6
Sebagai protokol pengalamatan internet generasi baru, IPv6 tentu hadir dengan berbagai kelebihan ketimbang sang pendahulunya, IPv4. Mau tahu apa saja perbedaannya?
Berikut adalah perbedaan dan perbandingan analisis antara IPv4 dan IPv6 menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo):
Fitur
IPv4: Jumlah alamat menggunakan 32 bit sehingga jumlah alamat unik yang didukung terbatas 4.294.967.296 atau di atas 4 miliar alamat IP saja. NAT mampu untuk sekadar memperlambat habisnya jumlah alamat IPv4, namun pada dasarnya IPv4 hanya menggunakan 32 bit sehingga tidak dapat mengimbangi laju pertumbuhan internet dunia.
IPv6: Menggunakan 128 bit untuk mendukung 3.4 x 10^38 alamat IP yang unik. Jumlah yang masif ini lebih dari cukup untuk menyelesaikan masalah keterbatasan jumlah alamat pada IPv4 secara permanen.
Routing
IPv4: Performa routing menurun seiring dengan membesarnya ukuran tabel routing. Penyebabnya pemeriksaan header MTU di setiap router dan hop switch.
IPv6: Dengan proses routing yang jauh lebih efisien dari pendahulunya, IPv6 memiliki kemampuan untuk mengelola tabel routing yang besar.
Mobilitas
IPv4: Dukungan terhadap mobilitas yang terbatas oleh kemampuan roaming saat beralih dari satu jaringan ke jaringan lain.
IPv6: Memenuhi kebutuhan mobilitas tinggi melalui roaming dari satu jaringan ke jaringan lain dengan tetap terjaganya kelangsungan sambungan. Fitur ini mendukung perkembangan aplikasi-aplikasi.
Keamanan
IPv4: Meski umum digunakan dalam mengamankan jaringan IPv4, header IPsec merupakan fitur tambahan pilihan pada standar IPv4.
IPv6: IPsec dikembangkan sejalan dengan IPv6. Header IPsec menjadi fitur wajib dalam standar implementasi IPv6.
Ukuran header
IPv4: Ukuran header dasar 20 oktet ditambah ukuran header options yang dapat bervariasi.
IPv6: Ukuran header tetap 40 oktet. Sejumlah header pada IPv4 seperti Identification, Flags, Fragment offset, Header Checksum dan Padding telah dimodifikasi.
Header checksum
IPv4: Terdapat header checksum yang diperiksa oleh setiap switch (perangkat lapis ke 3), sehingga menambah delay.
IPv6: Proses checksum tidak dilakukan di tingkat header, melainkan secara end-to-end. Header IPsec telah menjamin keamanan yang memadai
Fragmentasi
IPv4: Dilakukan di setiap hop yang melambatkan performa router. Proses menjadi lebih lama lagi apabila ukuran paket data melampaui Maximum Transmission Unit (MTU) paket dipecah-pecah sebelum disatukan kembali di tempat tujuan.
IPv6: Hanya dilakukan oleh host yang mengirimkan paket data. Di samping itu, terdapat fitur MTU discovery yang menentukan fragmentasi yang lebih tepat menyesuaikan dengan nilai MTU terkecil yang terdapat dalam sebuah jaringan dari ujung ke ujung.
Configuration
IPv4: Ketika sebuah host terhubung ke sebuah jaringan, konfigurasi dilakukan secara manual.
IPv6: Memiliki fitur stateless auto configuration dimana ketika sebuah host terhubung ke sebuah jaringan, konfigurasi dilakukan secara otomatis.
Kualitas Layanan
IPv4: Memakai mekanisme best effort untuk tanpa membedakan kebutuhan.
IPv6: Memakai mekanisme best level of effort yang memastikan kualitas layanan. Header traffic class menentukan prioritas pengiriman paket data berdasarkan kebutuhan akan kecepatan tinggi atau tingkat latency tinggi....
IP versi 4 habis!
Begitu judul yang menghias banyak kanal berita. Bulan Februari kemarin, IANA (lembaga yang mengatur penggunaan IP di seluruh dunia) memang sudah tidak memegang alamat IPv4 lagi. Semua slot sudah dibagikan ke seluruh dunia melalui koordinator tiap benua. Jika slot di koordinator tiap benua itu habis juga, berarti IPv4 resmi ludes. Apakah berarti ini “kiamat” bagi dunia internet? Sebenarnya tidak juga. Sejak tahun 1999, telah terbentuk forum yang bertugas membuat standar baru yang disebut IP versi 6 (IPv6). Ketika IPv4 habis, kita tinggal pindah ke IPv6. Cuma karena yang “pindah” adalah seluruh infrastruktur internet, prosesnya terbilang ribet dan membutuhkan dana yang tidak sedikit. Namun untuk masa depan yang lebih baik, kita semua memang harus pindah ke IPv6. Bahkan untuk mendorong gerakan itu, besok akan diadakan hari IPv6. Bagi Anda yang masih belum memahami soal tersebut, inilah sekelumit penjelasan soal Internet Protocol serta kelebihan yang ditawarkan IPv6. Apa itu Internet Protocol? Internet Protocol (IP) adalah standar yang mengatur bagaimana dan lewat mana paket informasi dikirim dari jaringan internet maupun intranet. Agar paket data sampai ke tujuan yang benar, tiap perangkat yang terhubung ke internet harus memiliki alamat IP (IP Address) yang unik. Jika ada dua perangkat memiliki IP yang sama, maka akan terjadi yang disebut “IP Conflict” karena paket akan bingung mau mengarah ke mana.
Apa Masalah IPv4?
Ketika dibuat tahun 1981, IP versi 4 mengunakan 32-bit alamat, atau “hanya” sekitar 232 (4,3 milyar) alamat. Dari jumlah itu, sekitar 18 juta alamat digunakan untuk private network dan 270 juta untuk multicast adresses, sehingga tidak bisa digunakan untuk publik. Sebenarnya jumlah yang tersisa masih sangat banyak, namun lebih banyak lagi perangkat yang terhubung ke internet. Alhasil, alokasi alamat yang dimiliki IPv4 sudah tidak mencukupi lagi. Karena itulah kita membutuhkan IP versi 6 yang memiliki lebih banyak alamat.
Kapan Alamat IPv4 akan Habis?
Tergantung area, tapi setidaknya 1 sampai 3 tahun lagi. Ribut-ribut kemarin lebih disebabkan APNIC (organisasi yang mengatur penggunaan IP di Asia Pasifik) telah meminta dua tambahan blok IP Address ke IANA (yang mengatur penggunaan IP sedunia). Permintaan tersebut menyebabkan blok IP Address yang tersisa tinggal 5 (satu blok memiliki 16,8 juta alamat). Sesuai peraturan, jika blok IP yang tersisa tinggal lima, maka harus langsung dibagi ke 5 pengurus IP di tiap benua. Seberapa lama IP Address itu akan habis tergantung laju penggunaan internet di benua tersebut. Benua dengan laju penggunaan internet cepat seperti Asia Pasifik atau Amerika Utara mungkin dapat menghabiskan blok yang tersisa dalam tempo 1 tahun. Namun bagi benua yang penetrasi internetnya sudah meluas seperti Eropa, atau yang penetrasi internetnya masih lambat seperti Afrika dan Amerika Latin, waktu yang tersisa bisa tahunan.
Jadi IPv4 benar-benar habis?
Sebenarnya masih ada beberapa blok di luar sana yang tidak terpakai. Bahkan menurut John Heideman, peneliti dari University of Southern California, penggunaan IPv4 sebenarnya hanya 14%. Namun agak sulit menarik kembali IP Address yang sudah terlanjur tersebar. Sumber permasalahannya terjadi awal perkembangan internet, ketika pembelian alamat IPv4 cuma terbagi dalam 3 pilihan blok: /8 (16,7 juta alamat), /16 (65 ribu alamat), dan /24 (256). Bagi perusahaan atau universitas yang membutuhkan (misalnya) 67 ribu IP Address, mereka mendapatkan satu blok /8 sejumlah 16,7 juta alamat. Beberapa pihak seperti Universitas Stanford atau Departemen Pertahanan AS telah dengan sukarela mengembalikan IP Address yang tidak mereka gunakan. Namun masih banyak pihak seperti MIT, IBM, Apple, AT&T, atau Ford Motor yang belum menentukan sikapnya. Pihak ARIN bisa saja meminta mereka mengembalikan jatah itu, namun mengingat populasi IPv4 yang kini terbatas, pemilik IPv4 tersebut bisa saja menjadikannya sebagai aset berharga. Bahkan belakangan tersembul kabar beberapa pihak yang masih memiliki blok IPv4 menjualnya dengan harga tinggi.
IPv6 bisa mengatasi keterbatasan alamat tersebut?
Iya, karena kapasitas pengalamatan ini naik dari 32-bit menjadi 128-bit (2128) atau tepatnya 340.282.366.920.938.463.463.374.607.431.768.211.456 alamat IP. Di masa datang alamat sebanyak itu mungkin juga akan habis, namun setidaknya situasi terkendali sampai ratusan tahun dari sekarang. Sistem pengalamatannya IPv6 sendiri menggunakan delapan kelompok kuartadesimal yang dipisahkan titik dua. Ini berbeda dengan sistem pengalamatan IPv4 yang menggunakan empat kelompok tridesimal. IPv4 192.168.0.1 IPv6 2001: cdba: 0000:0000:0000:0000:3257:9652
Wah, Beda Banget ya?
Iya. Secara nama beda, secara teknologi pun berbeda. Itulah mengapa kedua protokol ini tidak saling kompatibel. Komputer yang ber-IPv4 tidak dapat menemukan mail server ber-IPv6, begitu pula sebaliknya. Namun bukan berarti internet akan macet. Paket yang dikemas dalam sistem IPv6 bisa dikemas ulang menjadi paket IPv4 sehingga komunikasi data tetap bisa terjadi. Namun cara ini tentu saja merepotkan dan boros sumber daya, sehingga berpotensi menurunkan kecepatan internet secara signifikan. Karena itu, cara terbaik adalah semua orang pindah ke IPv6. Oke, saya akan migrasi ke IPv6.
Bagaimana caranya?
Untuk mengadopsi IPv6, dibutuhkan dukungan hardware maupun software. Di sisi end-product alias perangkat yang kita gunakan sehari- hari, relatif tidak ada masalah. Mayoritas kartu jaringan di dalam komputer, notebook, maupun smartphone masa kini telah mendukung IPv6. Begitu pula di sisi software. Windows sejak generasi XP Service Pack 1 sudah mendukung IPv6, begitu pula Mac OS X versi 10.2 dan semua distro Linux. Akan tetapi, masalah mulai rumit ketika menyentuh perangkat akses internet, seperti modem Anda. Mayoritas modem yang diberikan penyedia jasa internet belum mendukung IPv6, sehingga harus diganti atau di-upgrade. Di sisi backbone, permasalahan lebih pelik lagi. Server, router, load-balancer, dan semua node harus diganti agar mendukung IPv6. Jadi inti permasalahan bukan di sisi pengguna biasa, namun di sisi infrastruktur. Karena besarnya usaha dan investasi yang harus dikeluarkan, proses migrasi ini bisa berlangsung tahunan.
Jadi, industri belum siap?
Siap tidak siap, kita harus pindah. Beberapa negara seperti Amerika Serikat, Kanada, Perancis, Jepang, China, dan Korea Selatan juga sudah melakukan beberapa kebijakan untuk mendorong percepatan migrasi IPv6. Dan pada tanggal 8 Juni 2011 besok, diadakan Hari IPv6 sedunia. Agenda besarnya adalah melakukan uji coba IPv6 selama 24 jam. Perusahaan yang ikut serta antara lain Google, Facebook, Yahoo, Akamai, dan Limelight Networks. Mudah-mudahan, langkah ini bisa mendorong industri untuk bermigrasi ke IPv6.
sumber :
www.infokomputer.com/umum/mengenal-ipv6
0 komentar:
Posting Komentar